Opini

Ortug dan Nilai-nilai Integritas: Menanamkan Etika Sejak Langkah Pertama

Integritas itu sederhana: melakukan hal yang benar, meski tak ada yang lihat. Bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU), integritas adalah nyawa dari pemilu yang jujur dan adil. Tugas KPU adalah memastikan pemilu berjalan transparan dan setiap suara dihitung dengan benar. Jika kejujuran hilang, kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi ikut runtuh. Karena itu, menanamkan etika sejak awal jadi kunci untuk membangun kesadaran integritas, baik bagi individu maupun lembaga.

Bayangkan kamu main game online, lalu ada yang curang. Kesal, kan? Kepercayaan terhadap game itu langsung turun. Pemilu juga begitu. Kalau KPU tak adil, masyarakat bakal ragu terhadap hasilnya. Integritas di KPU berarti main bersih: patuhi aturan, nggak pilih kasih, dan jujur di setiap langkah. Contohnya, KPU pakai teknologi seperti Sirekap supaya data pemilu akurat dan bisa diawasi publik. Ini penting banget agar demokrasi tetap hidup.

Gen Z pasti akrab dengan media sosial yang kadang penuh manipulasi. Di KPU, kejujuran berarti menyajikan data yang benar, bukan mengedit hasil seperti pakai filter Instagram. Kalau hasil pemilu dimanipulasi, bisa kacau. Maka dari itu, KPU harus jadi teladan: bekerja dengan hati bersih agar prosesnya dipercaya publik. Faktanya, menurut survei LSI 2020, 70% masyarakat bilang pemilu terasa lebih adil kalau prosesnya transparan.

Menanamkan etika bisa dimulai dari hal kecil, seperti jujur pas ujian atau nggak nyontek. Di KPU, ini berarti membiasakan sikap terbuka dan bertanggung jawab dalam bekerja. Kalau dibiasakan, integritas akan menjadi budaya, dan lembaga pun jadi kuat.

Gen Z punya peran besar. Mulai dari diri sendiri: jujur, kritis, dan berani speak up kalau lihat yang salah. Integritas adalah dasar dari kepercayaan dan keadilan. Dengan menanamkan etika sejak langkah pertama, kita ikut menjaga demokrasi dan membangun masa depan yang lebih baik.

 

Karena suara kita adalah masa depan kita—dan masa depan butuh kejujuran. Yuk, jadikan integritas sebagai gaya hidup

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Telah dilihat 78 kali